Kamis, 15 Mei 2014
Indonesia Masa Prasejarah
1. Masa Berburu dan Meramu (Food
Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a) Kehidupan Sosial
1.
Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada
alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang
cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah
sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian
semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan
binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c. Mereka berusaha menemukan
tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
2. Mereka masih hidup mengembara.
Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah
pantai
3. Mencari makanan berupa binatang
buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari
kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam
kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang
buruan atau mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut
terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan perburuan.
Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan
merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat
erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan
kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk
sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat
primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b) Kehidupan Budaya
1. Dengan peralatan yang masih
sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat
perahu.
2. Mereka belum mampu membuat
gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah
satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan
yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai
kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup
mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih
untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa
alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
- Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak
genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi masa food
gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan
masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. Masa Bercocok Tanam (Food
Producing) dan Beternak
a) Kehidupan Sosial
1. Kehidupan bercocok
tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara
membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan
berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti
sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai
menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
2. Telah tinggal menetap di
suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok
tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat
menguasai alam lingkungan.
3. Dengan hidup menetap,
merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai
kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan
mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4. Jumlah anggota
kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan,
meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5. Populasi penduduk
meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6. Muncul kegiatan
kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban
kehidupan masyarakat.
7. Diangkat seorang
pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
8. Mereka hidup bergotong royong,
sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Budaya
1. Kebudayaan semakin
berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan
kebudayaan yang lebih baik
2. Peninggalan kebudayaan
manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat
dari tanah liat, batu maupun tulang
3. Hasil kebudayaan pada
masa bercocok tanam: Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah,
Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu,
punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan
orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi
revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food
gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang
sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi
semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai
memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
a) Kehidupan Sosial
1. Bertani adalah mata
pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu
seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak;
2. Mereka sudah berladang/ bersawah,
dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong royong.
Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul;
3. Untuk mengisi waktu menunggu
musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan;
4. Mendiami tempat-tempat kecil
dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas;
5. Mulai mendirikan rumah sebagai
tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara
tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal
pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi sebagai
alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan untuk mendirikan rumah
dengan cara gotong-royong pula;
6. Muncul ikatan sosial antara
masyarakat dan keluarga;
7. Muncul struktur
kepemimpinan di kampung;
8. Mulai digunakan
bahasa sebagai alat komunikasi;
9. Mereka telah memiliki aturan
dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara
pembagian kerja;
10. Mereka memiliki kebiasaan untuk
menyelenggarakan upacara secara teratur yang melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Budaya dan Teknologi
1. Mereka sudah menetap, dan tinggal
di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani;
2. Mereka telah mengenal musim
sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu
falak);
3. Mereka telah menggunakan
alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong, selain
itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda
megalitik;
4. Alat-alat yang dibuat dari batu,
seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil
yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara;
5. Kapak-kapak dari logam berupa
perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak,
pandhusa, dll;
6. Alat-alat yang dibuat dari tanah
liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses
pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah
sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka ragam. Seperti
hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah
mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
1. Jumlah
penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan
peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak
mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
2. Mereka
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan
diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4. Dalam
masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda
logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari
segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu;
6.
Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah
tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah
menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni
dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang
tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan
pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka
menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak
manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat
memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu
merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya
sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah
menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik
lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna
daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan
adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan
penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan
gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan
bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan
mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1. Teknologi dapat
dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut
terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena
teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari
teknik membuat logam di daratan Cina;
2. Logam digunakan sebab
penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki
nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
3. Zaman logam disebut
juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan
teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4. Teknik yang digunakan
pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut
:
·
Benda
yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala
bagiannya;
·
Model
lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
·
Dengan
cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan
cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
·
Jika
lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
·
Setelah
dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang
terbuat dari logam.
Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia
Berbicara perkara kehidupan manusia,
khususnya dalam arena prasejarah, tentu tidak akan terlepas dari perkara yang
lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek lingkungan ini merupakan salah
satu unsur penting pembentuk suatu budaya masyarakat. Manusia masa prasejarah
masih sangat menggantungkan hidupnya pada alarn, oleh karena itu hubungan yang
begitu dekat antara manusia dengan lingkungan membawa konsekuensi bahwa manusia
hams senantiasa beradaptasi dengan lingkungan yang ditempati, salah satunya
tercermin dari hasil budaya. Untuk mendapatkan penjelasan tentang kehidupan
manusia masa prasejarah maka perlu mengintegrasikan antara tinggalan manusia,
tinggalan budaya, dan lingkungan alamnya. Dengan demikian studi tentang
hubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan alam masa prasejarah merupakan
topik yang tetap aktual menarik, dan perlu dikembangkan dalam disiplin ilmu
arkeologi. Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep-konsep umum
tentang masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan
masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga
kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya
masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan
berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan
tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada saat
berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan
musim untuk keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
Dalam kehidupan kelompok masyarakat
yang sudah menetap diperlukan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada
masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah memiliki aturan kehidupan
yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat memilih
seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan dapat melindungi
masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan dapat mengatur
masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh
penduduk daerah itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah
satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia
menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara
yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat pemerintah terletak di
tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah
lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting
seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan seperti itu masih
banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal
pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang
kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang
mengambil tema tentang kehidupan pada masa itu dan setelah mendapat pengaruh
bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan digunakan untuk
mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan
untuk menghiasi kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan
gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat
tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari
logam menggunakan teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdue
adalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk
tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk
mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam
itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan
itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu
dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam
yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
Rabu, 14 Mei 2014
Candi-candi Di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Selasa, 13 Mei 2014
Peninggalan Kerajaan Pada Masa Hindu-Budha Di Indonesia
A. SENI BANGUNAN
Candi berasal dari kata candikagrha yang berarti kediaman Candika, sebutan Dewi Durga, sang Dewi Maut. Candi didirikan sebagai pendharmaan sekaligus tempat pemujaan, khususnya para Raja dan golongan terkemuka lainnya.
Bangunan Candi terdiri dari tiga bagian (triloka), yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Pembagian ini seperti ini melambnagkan pembagian dalam alam semesta
Bila dilihat berdasarkan susunannya, terdapat tiga corak bangunan candi, yaitu corak Jawa tengah bagian selatan, Jawa tengah bagian utara dan corak Jawa Timur.
Contoh : Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Komplek Candi Lorojonggrang, Komplek Candi Sewu, Komplek Candi Plaosan dan Candi Sukuh.
Contoh : Candi Canggal, Komplek Candi Gedong Songo, Komplek Candi Dieng.
Contoh: Candi Badut, Candi Kidal, Candi Jajaghu, Candi Jawi, Candi Singhasari, Candi Sumberawan, Candi Penataran.
Contoh : Komplek candi muara takus, Kompleks Candi Padang Lawas dan Komplek Candi Muara Jambi.
Selengkapnya klik di sini
Candi berasal dari kata candikagrha yang berarti kediaman Candika, sebutan Dewi Durga, sang Dewi Maut. Candi didirikan sebagai pendharmaan sekaligus tempat pemujaan, khususnya para Raja dan golongan terkemuka lainnya.
Bangunan Candi terdiri dari tiga bagian (triloka), yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Pembagian ini seperti ini melambnagkan pembagian dalam alam semesta
- Kaki Candi; melambangkan alam bawah (bhurloka), dunia manusia yang masih dikuasai hal-hal duniawi.
- Tubuh Candi; melambangkan alam antara (bhuvarloka), dunia manusia yang sudah dimurnikan dan tidak lagi terikat pada hal-hal duniawi.
- Atap Candi, melambangkan alam atas (svarloka), dunia para dewa.
Bila dilihat berdasarkan susunannya, terdapat tiga corak bangunan candi, yaitu corak Jawa tengah bagian selatan, Jawa tengah bagian utara dan corak Jawa Timur.
- Corak di Jawa Tengah bagian selatan
Contoh : Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Komplek Candi Lorojonggrang, Komplek Candi Sewu, Komplek Candi Plaosan dan Candi Sukuh.
- Corak Candi Jawa Tengah bagian utara
Contoh : Candi Canggal, Komplek Candi Gedong Songo, Komplek Candi Dieng.
- Corak Candi Jawa Timur
Contoh: Candi Badut, Candi Kidal, Candi Jajaghu, Candi Jawi, Candi Singhasari, Candi Sumberawan, Candi Penataran.
- Candi di Pulau Sumatra
Contoh : Komplek candi muara takus, Kompleks Candi Padang Lawas dan Komplek Candi Muara Jambi.
Selengkapnya klik di sini
Jumat, 09 Mei 2014
KERAJAAN ANGKOR
Karena
tidak ada peninggalan tertulis, maka diperkirakan Angkor lahir dari
dalam lingkungan Khmer sendiri, bukan karena Tchen-la diduduki secara
militer. Dari sudutsejarah, faktor berdirinya Angkor diketahui berasal
dari luar yaitu pengaruh dari Nusantara.
o Sriwijaya dan Dinasti SailendraDengan Sriwijaya memiliki hegemoni perdagangan seperti Fu-nan dan dapat menggantikannya dan berkat hal itu, dapat menguasai laut-laut selatan, mungkin karena hal tersebut Tchen-la terpaksa meninggalkan kekuasaan atas laut. Mulai perempat kedua abad-8 Masehi kekuasaan beralih ke Jawa Tengah dimana berkembang dinasti Syailendra yang kuat.
Raja-raja Sailendra menganggap dirinya keturunan langsung raja-raja Fu-nan, yang berlindung di Jawa setelah negeri mereka ditaklukkan oleh Tchen-la. Mereka mendapat julukan “Raja Gunung” dan menggunakan gelar Maharaja, karena menganggap diri sebagai penakluk dunia. Mereka menjatuhkan salah seorang raja terakhir dari kerajaan Tchen-la yang tengah memudar. Di negari itu mereka memiliki semacam kekuasaan, karena diakui oleh orang Khmer sendiri pada waktu pendirian Angkor.
Selengkapnya klik di sini
Kamis, 08 Mei 2014
RUNTUHNYA ORDE BARU
Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Keberhasilan Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, harus diakui sebagai suatu prestasi besar bagi bangsa Indonesia. Di tambah dengan meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental (character building) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha/ konglomerat). Kalimaksnya, pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan penguasa).
Selengkapnya lihat di sini